Hari Kepulangan Warsinah


Hari itu, Warsinah sudah bersiap-siap sejak pagi buta. Menenteng satu koper kecil miliknya, yang isinya sama persis, seperti saat awal keberangkatannya; hanya beberapa potong baju. Oh tidak, bahkan berkurang satu.
Baju bekas pakai anaknya, yang sengaja dia bawa tanpa dicuci dulu. Namun perempuan bengis itu, merebutnya dari tangan Warsinah saat memergokinya sedang terisak, sambil memeluk dan menciumi baju itu, tengah malam buta di sebuah sudut gudang yang mereka namakan sebagai kamar. 

Hari itu, hari kepulangan Warsinah. Hatinya merasa begitu senang. Akhirnya dia terbebas dari segala perintah, yang tidak pernah dia mengerti harus melakukan apa, sebab apa yang  dilakukannya selalu salah dan berbuah hukuman. Warsinah senang, karena hari itu pula, dirinya juga terbebas dari cengkeraman tangan iblis, berjulukan Tuan. Yang kerap mengendap-endap dan membekap jeritannya di tengah malam, lalu mengkoyak baju dan seluruh badannya dengan paksa, berkali-kali. Hingga menyisakan perih, tidak hanya pada bagian alat vitalnya, batinnya juga remuk.

Tapi tak mengapa pikirnya, semua sudah berlalu. Sebab hari itu dia sudah terbebas dari segala penderitaannya, hari itu hari kepulangannya.

Warsinah melihat begitu banyak orang di rumahnya, tidak seperti biasanya. Ada yang sedang duduk-duduk saja, ada yang sedang memahat kayu, ada yang sedang mempersiapkan keranda.

“Keranda? Kenapa ada keranda?” Hati Warsinah was-was, penuh tanya.

“Di mana Emak, di mana putriku?”

Namun tidak seorangpun melihatnya, memperhatikan kedatangannya.

'Akh, bukankah selama ini dia sudah terbiasa diabaikan’ pikirnya.

Warsinah terus melangkah masuk, mencari Emak dan putrinya. Dia melihat kedua sosok yang dicarinya di sudut ruang tamu, sedang terisak berpelukan.

“Kenapa?” Batinnya bertanya.

Namun sebelum sempat menghampiri dan bertanya pada emaknya, dia melihat satu raga terbujur kaku, jenazah yang sudah terbungkus kain kafan, di samping Emak dan anaknya duduk.

Warsinah melongok wajah jenazah itu, dia terlonjak kaget. Mendapati wajahnya pada raga mayat itu.

Warsinah lamat-lamat mendengar lirih isakan Emaknya, “Bagaimana saya akan membesarkan dan menyekolahkan anakmu, War?”.

Warsinah juga melihat sebuah koran, tergeletak tak jauh di samping jenazah itu. Pada halaman depannya tercetak jelas sebuah judul berita,

Jenazah Warsinah, TKI yang Membusuk di Gudang Majikannya Akhirnya Dikirim Pulang’.

                           ###
*Maaf jika ada kesamaan sebuah nama



3 Responses to "Hari Kepulangan Warsinah"

  1. Replies
    1. Apanya yang merinding,mbak😊

      Makasih kalau mbak Siti bisa menikmati ceritanya

      Delete
    2. Apanya yang merinding,mbak😊

      Makasih kalau mbak Siti bisa menikmati ceritanya

      Delete