Air Surga

'Di surga, airnya jernih

mengalir di sungai-sungai yang indah

Gemericiknya mendamaikan'

Mas Har, lelaki dewasa dan mapan, usia kami berbeda 10 tahun. Saat dia melamarku, aku baru 19 tahun.  Dia begitu pengertian dan ngemong,  Tapi aku tidak mencintainya. 

Menjadi istrinya hanya karena takdir yang harus aku jalani. Sebagai bentuk pengabdianku sebagai seorang anak, mencari surga.

Hanya selang satu bulan dari pernikahan, Dokter memberikan ucapan selamat atas janin dalam rahimku. Rona di wajah mas Har terlihat sumringah, perhatiannya padaku pun bertambah. Aku?

Sejak itu aku punya kebiasaan baru, berendam dalam bathup dengan air kran yang mengalir pelan, sehingga menimbulkan bunyi gemericik. Itu terdengar cukup mendamaikan bagiku. Menenangkan semua yang berkecamuk di kepalaku, membayangkan proses melahirkan.

Sembilan bulan sudah janin itu tumbuh memperbesar bentuk perutku.

Makhluk mungil itu hadir setelah aku melewati proses yang luar biasa sakit dan menyiksa. Dia begitu lucu dan mengemaskan, menurut Mas Har. Namun bagiku?

Dia tidak lebih dari sesuatu yang mengutuk istirahat malamku, menjadi waktu yang sangat melelahkan. Hingga mengharuskanku menjadi pecandu Haldol Decanoate dari resep seorang psikiater yang rutin aku kunjungi, karena baby blues akut.  .

Mas Har, kerap membangunkan tidurku, lalu membujukku agar mendekapnya. Itu sangat membuatku ketakutan, saat retina mungilnya menelusuri mataku, menghujamku dengan berbagai perasaan, namun memelas.

Mas Har bilang, hidupnya bergantung dari air yang mengalir dari buah dadaku, Air surga.

“Tapi… bagaimana jika nanti aku sakit?”

“Bagaimana jika aku nanti mati..?” Pikiranku terus berkecamuk.

Hingga seorang suster harus tinggal bersama kami, untuk membantu menjaga makhluk mungil itu, saat mas Har bekerja.

Suatu sore, hari itu begitu sepi, Mas Har masih di kantornya. Entah suster itu kemana.
Aku pikir waktu yang tepat untuk berendam dalam bathup. Itu pasti akan membuatku lebih rileks. 

Sungguh, semalaman tidurku tersiksa oleh suara tangisan terus menerus makhluk mungil itu. Mas Har bilang, dia demam badannya sedikit anget, makanya dia terus merengek.

Namun baru saja aku menenggelamkan kakiku ke dalam bathup, makhluk mungil itu terdengar bersuara. Semakin lama semakin memekakan telinga, tapi hatiku pilu mendengar tangisnya.

“Kemana suster..?”

“Mas Har, kenapa belum pulang juga?”

“Kenapa tidak ada seorang pun mendiamkan tangisnya?”

Aku gusar, bingung dibuatnya.

“Apa dia membutuhkanku?”

Aku beranjak dari bathup, di antara kegugupan dan pikiran gusar. Aku mendekati boxnya, sedikit ragu aku mengangkat dan menggendongnya, tangisnya perlahan reda.

Tapi entah  datang dari mana, tiba-tiba ada suara yang membisikan padaku,

“Kirimlah dia ke surga, kirim anakmu ke sana. Di sana dia tidak perlu menangis tersiksa dan menyiksamu saat membutuhkan air surga.”

Aku masih mendekapnya, membiarkannya menikmati dadaku yang telanjang. Langkahku kembali menuju kamar mandi. Makhluk mungil itu terus mencecap air surganya. Dalam bathup terdengar suara air yang gemericik.

Begitu tenang, aku rebahkan tubuhku di dalam bathup hingga perlahan-lahan tenggelam.

Sedangkan suara-suara itu terus membisikan perintah, agar aku mengirimnya ke surga bersamaku.

"Di surga, airnya jernih

mengalir di sungai-sungai yang indah

Gemericiknya mendamaikan"

Tanganku gemetar masih mendekapnya dalam dada. Pikiranku makin berkecamuk, perlahan aku membiarkan seluruh anggota tubuh kami berdua tenggelam, dan semakin tenggelam di dalam bathup. 

Makhluk mungil itu tak lagi mencecap air surganya dari dadaku.
Hitungan menit berlalu, nafasku tercekat, tidak ada oksigen yang bisa aku hirup, sakit menusuk kepalaku, teramat sakit.

Kini tak ada lagi suara gemericik air, telah berganti dengan suara gelembung-gelembung yang keluar dari rongga mulut dan hidung kami.
Tubuh kami tak lagi tenggelam, tapi mengambang.

Suara-suara bisikan itu tak lagi terdengar, semuanya gelap... hening.

Hari itu, mas Har lupa memberikan Haldol Decanoate untuk aku minum

                              ############################

Noted*
Baby blues = sebuah keadaan yang muncul seperti perasaan gundah, sedih dan khawatir pasca melahirkan. 

Haldol Decanoate atau Haloperidol merupakan Obat anti psikosis dengan potensi tinggi, juga merupakan salah satu obat Skizoprenia, gangguan skizoafektif. Obat ini membantu  berpikir lebih jernih, lebih tidak gugup, dan berpartisipasi setiap hari dalam hidup. Obat ini juga dapat mencegah ide bunuh diri pada orang yang ingin melukai dirinya. Obat ini juga mengurangi agresi dan keinginan untuk melukai orang lain. Obat ini dapat mengurangi pikiran negatif dan halusinasi.
Salah satunya yang dirasakan pada penderita Postpartum psychosis dan Postpartum depression dalam Baby Blues Syndrome.

Tweet