Memanfaaatkan aplikasi smartphone sebagai Parenting hood, mungkinkah?


Memang benar saya tidak selalu ada di sampingnya setiap saat, karena jarak. Pekerjaan saya sebagai buruh di negeri orang membuat saya tidak bisa selalu mendampinginya,sedih memang. Sebagai orang tua yang notabenenya sekarang single parent, saya harus menerima konsekuensi atas setiap pilihan takdir di kehidupan saya. Karena terkadang kita harus mengorbankan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik. Namun naluri sebagai seorang ibu tetap tak bisa dipungkiri, rasa bersalah itu kerap muncul saat tak bisa mendampingi buah hati di setiap momen-momen penting di kehidupannya, ingin selalu berusaha untuk menjadi seseorang yang bisa diandalkan untuk anaknya, itu sudah pasti ada. 

Namun beruntung, rasa bersalah serta rasa rindu yang kerap muncul bisa sedikit diredakan, terbantu dengan adanya tekhnologi yang canggih saat ini. Adanya akses internet yang cukup lancar dan beberapa aplikasi chatting serta video call, membuat saya tidak serta merta tak mampu memantau anak saya sama sekali. Walaupun tak bersentuhan langsung secara fisik, namun sebisa mungkin saya menemaninya meskipun sebatas via online di smartphone kami, karena menjadi tempat dia bertanya adalah sebuah keharuan yang tak terhingga. Itu berarti saya masih tetap menjadi orang yang paling anak saya percayai saat dia kesulitan.Salah satu contohnya, saat anak saya kesulitan mengerjakan tugas-tugas sekolahnya dia akan menghubungi saya via chat. Yaa... walaupun, terkadang soal-soal yang dia tanyakan saya juga kurang menguasainya, namun lagi-lagi kemajuan teknologi membantu saya. Dari googling sampai chatting, bertanya teman yang bisa membantu menjawab, yang penting saya berusaha supaya bisa membantunya, dengan begitu dia tahu meskipun saya jauh bukan berarti saya melupakan tanggung jawab saya sebagai seorang ibu. Tapi justru saya memberikan pemahaman, apa yang saya lakukan adalah untuk masa depan kami berdua, terutama masa depan pendidikannya. Karena tidak bisa dipungkiri, pada kenyataanya jaman sekarang ini meskipun saya pribadi berprinsip, bahwa bodoh itu bukan takdir dan menjadi pintar adalah pilihan (dalam artian apakah kita mau memilih atau tidak untuk terus belajar supaya tidak menjadi bodoh). Untuk mendapatkan pendidikan yang tinggi itu dibutuhkan kesempatan, yaitu: kesempatan waktu,finansial dan fasilitas yang memadai. Tiga kesempatan itu tidak datang secara tiba- tiba, kita harus menciptakannya dengan do’a serta bekerja keras. Serta kemampuan memanfaatkan kesempatan itu yang paling penting. Seperti halnya kita bisa memanfaatkan kecanggihan beberapa fitur atau aplikasi di smartphone kita. Jika masih banyak yang berpendapat gadget itu banyak memberikan pengaruh negatif untuk anak- anak,bisa jadi memang, bagi saya semua kembali pada individunya. Karena sejauh ini kami(saya dan anak) justru memanfaatkannya untuk hubungan kami yang terpisah jarak. Toh, terbukti anak saya meskipun jauh dari jangkauan saya, dia masih tetap bisa menjadi murid yang nilainya masuk 10 besar di kelasnya. Ya, memangsih dia bukan juara kelas tapi setidaknya itu sudah cukup membuktikan dia berusaha giat belajar. Malah banyak yang bilang, justru anak saya lebih mandiri dari anak seusianya. Tentu saja, semua usaha itu harus saya perkuat juga dengan do’a, supaya Allah swt selalu menjaga dan menjauhkannya dari hal-hal dan orang yang jahat di sekitarnya. 

Jadi, kenapa tidak mungkin memanfaatkan aplikasi smartphone atau gadget sebagai parentinghood, iyakan?.

0 Response to "Memanfaaatkan aplikasi smartphone sebagai Parenting hood, mungkinkah?"