Keseimbangan Hasil Panen Mangga dan Pertanian Indramayu Saat Kemarau Panjang (Potensi Daerah dengan Bantuan Inovasi Infrastruktur )

Menurut American Public Works Association (Stone,1974 dalam Kodoatie, R.J.,2005),
infrastruktur adalah fasilitas-fasilitas fisik yang dikembangkan atau dibutuhkan oleh agen-agen publik untuk fungsi-fungsi pemerintahan dalam penyediaan air, tenaga listrik, pembuangan limbah, transportasi dan pelayanan-pelayanan similar untuk memfasilitasi tujuan-tujuan sosial dan ekonomi.

Berdasarkan pengertian infrastruktur tersebut maka infrastruktur merupakan sistem fisik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi.
Secara teknik, pengertian infrastruktur dijelaskan sebagai aset fisik yang dirancang dalam sistem sehingga memberikan pelayanan publik yang penting.
Infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi.
Begitu pula jika inovasi infrastruktur itu dikembangkan pada potensi Daerah, bukan hal yang mustahil geliat perekonomian masyarakat lokal akan melaju pesat.
Sehingga ini menarik perhatian saya sebagai warga daerah Indramayu yang terkenal sebagai penghasil mangga terbesar dan terbaik di Indonesia.

 Sebagaimana mengutip laporan dari berita yang pernah dilansir media Sinar Harapan.co, pada 22 September 2014 lalu,
Mangga Indramayu Penuhi permintaan  Ekspor Asia,
Pesanan mangga datang tidak hanya  dari Jakarta dan Bandung saja, tetapi juga Jepang dan Singapura harus dipasok dari Indramayu. Permintaan ekspor mangga Indramayu meningkat karena kualitas mangga bisa diandalkan dibandingkan daerah lain. Namun sayangnya keberhasilan panen dan pengeksporan selalu dibarengi dengan menurunnya  hasil panen gabah.
 Berikut pernyataan Kepala Seksi Produksi Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kabupaten Indramayu, Ira Anang kepada wartawan di Indramayu menuturkan, 

“Musim kemarau berkah bagi petani mangga. Meski disisi lain lahan sawah kekeringan dan gagal panen.”

Begitu pula menurut Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Indramayu menilai produktivitas tanaman padi di kawasan itu anjlok karena terdampak kemarau panjang, dari produksi normal yang mencapai 7-8 ton/hektare (ha) gabah kering giling (GKG) kini hanya 2-3 ton/ha.
Wakil KTNA Indramayu, Sutatang mengatakan ,

“Luas areal sawah di Indramayu yang sudah panen gadu mencapai 15.000 ha, namun produktivitas gabahnya turun drastis,” katanya.
Beliau juga mengungkapkan penurunan produktivitas padi juga telah memicu kenaikan pada harga beras.
Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS) Jabar memperkirakan produksi padi 2015 adalah 12,01 juta ton GKG atau setara 7,5 ton beras. Di mana adanya penurunan hasil panen jika dibandingkan panen pada tahun 2014.

Jika mengacu pada data tersebut, sungguh sangat disayangkan, Seharusnya potensi keberhasilan ekspor mangga pada saat musim kemarau panjang tidak menjadi dampak kerugian pada hasil pertanian yang lainnya, seperti padi. Karena mangga memang bisa dipanen dengan hasil melimpah dan berkualitas baik jika musim kemarau panjang, sedangkan bagi petani padi sendiri  kemarau panjang bisa menjadi pemicu gagal panen karena kekeringan.
Maka sudah seharusnya menjadi concern Pemda untuk bisa mengupayakan inovasi infrastrukturnya,  agar keseimbangan hasil panen bisa terjadi pada dua sektor tersebut. 

Perlunya inovasi insfrastruktur ini dilakukan agar saat musim kemarau tidak hanya memberikan kesempatan pada pengekspor mangga saja, namun juga tidak memicu kerugian petani padi. Sehingga bisa mengantisipasi  terjadinya kesenjangan perekonomian pada masyarakat atau petani daerah.
Beberapa  infrastruktur yang diperlukan, antara lain:

-Sarana jalan
Sarana ini adalah salah satu bagian yang terpenting dalam menumbuhkan, mendukung dan memperlancar laju pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Sebab dengan adanya sarana jalan yang layak akan memepermudah petani menjual atau pun mengekspor panennya.
Dengan adanya akses jalan yang mudah dijangkau akan mempengaruhi unsur strategis suatu tempat, sehingga  dengan mudahnya akses akan mempengaruhi banyaknya pihak swasta yang mau berinvestasi. Dengan banyaknya pihak swasta yang mau berinvestasi tersebut akan mempengaruhi pada pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat. Selain itu juga akan memberi manfaat kesejahteraan masyarakat karena terbebas dari keterpencilan suatu tempat dan memberikan kemudahan akses bagi masyarakat.

-Adanyanya konektivitas dengan Tol
Ini dimaksudkan agar tercipta efisiensi dan efektivitas saat pengeksporan hasil panen. Menekan angka kerugian karena barang terlalu lama di jalan dan berpotensi rusak atau busuk. Serta menghindari bea cukai yang tinggi saat pengiriman di pelabuhan.

-Menciptakan Embung atau tandon air, bersumber dari waduk Jati Gede
merupakan salah satu pilihan yang menjanjikan karena teknologinya sederhana, biayanya relatif murah dan dapat dijangkau kemampuan petani. Menjadi alternatif sistem irigasi bagi sawah-sawah di saat kemarau panjang. Waduk Jati Gede ini membendung aliran air sungai cimanuk dan berkapasitas saluran 4,468 m3/s. Sehingga dinilai sangat cukup membantu mengatasi kekeringan saat musim kemarau datang.

Tentu saja pembangunan infrsatruktur tersebut harus ada sinergi antara Kementerian PU dan Pemerintah daerah sendiri  sebagai pengeksekusi di lapangan. Sebab selama ini dirasa kurang maksimal dan meratanya infrastruktur yang bisa dinikmati oleh masyarakat daerah Indramayu sendiri khususnya.
Jika saja semua bersinergi dengan pengadaan inovasi infrastruktur ini, bukan tidak mungkin petani padi atau pun mangga bisa sama-sama berkembang lebih maju dan menghasilkan panen yang berkualitas di setiap musim.


2 Responses to "Keseimbangan Hasil Panen Mangga dan Pertanian Indramayu Saat Kemarau Panjang (Potensi Daerah dengan Bantuan Inovasi Infrastruktur )"

  1. Replies
    1. makasih supportnya. Walaupun masih jauh dari kata bagus hehe tpi ttep semangatlah pokonyamah..

      Delete